1. Pengertian Sifat Wajib dan Sifat Jaiz
Allah
Allah adalah Dzat yang Maha Sempurna dan yang Maha Agung. Nama Allah juga disebut ,اِ سمُ اْ لجَلََلَةِْ Dzat-Nya adalah tunggal, tidak terdiri dari unsur-unsur dan bagian-bagian dan tidak ada suatu apa pun yang serupa dengan-Nya. Dan karena itu manusia dilarang berpikir tentang Dzat Allah karena tidak dapat mengetahuinya. Manusia dipanggil untuk menggunakan akalnya bagi memikirkan alam ini dan segala isinya, tidak untuk memikirkan Dzat Allah yang gaib itu dan tidak ada yang serupa dengan-Nya.
Beriman kepada Allah berarti manusia wajib beriktikad dengan penuh yakin akan sifatsifat yang wajib, sifat-sifat yang mustahil dan sifat-sifat yang jaiz. Sifat wajib Allah adalah sifat-sifat yang khusus yang hanya dimiliki oleh Allah, dan tidak ada satupun makhluk yang memiliki sifat tersebut. Adanya Allah ini, menjadi salah satu sifat yang melekat pada sifat wajib Allah. Sifat wajib Allah inilah yang membedakan Allah sebagai sang Pencipta (Khalik), dengan semua makhluk ciptaan-Nya.
Sifat mustahil Allah adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah Azza wa Jalla Yang Maha Sempurna. Sedangkan sifat jaiz Allah adalah adalah sifat yang mungkin (boleh) ada atau sifat yang mungkin (boleh) tidak ada pada Allah. Selanjutnya kita akan mengkaji dua sifat Allah, yaitu sifat wajib dan sifat jaiz Allah.
2. Sifat Wajib Allah
Dalam al-aqidah as-Sughra yang terkenal dengan judul Umm al-Barahain Imam as-Sanusi mengatakan: فَمِمَّا يَجِبُ لِمَوْلََنَا جَلَّ وَعَزَّ عِشْرُوْنَ صِفَة ”Maka di antara sifat wajib bagi Allah Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Perkasa adalah 20 sifat.” Setiap mukalaf wajib meyakini secara mantap tanpa keraguan, bahwa Allah pasti bersifat dengan segala kesempurnaan yang layak bagi keagungan-Nya. Berikut ini 20 sifat wajib bagi Allah.
1) Wujud (Ada)
Allah adalah Dzat yang pasti ada. Dia berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapapun, dan tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Ayat yang menjelaskan sifat Allah ini dalam al- Qur’an:
“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. as-Sajadah [32]: 4)
2) Qidam (Terdahulu/Awal)
Dialah sang pencipta yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Maksudnya, Allah telah ada lebih dulu dari pada apa yang diciptakannya. Ayat yang menjelaskan dalam al- Qur’an:
هُوَ الْْوََّلُ وَالْْخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُ ل شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Hadid [57]: 3)
3) Baqa’ (Kekal)
Maksudnya Allah maha kekal. Tidak akan punah, binasa, atau mati. Dia akan tetap ada selamanya. Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an:
وَلََ تَدْعُ مَعَ اللََِّّ إِلَٰهًا آخَرَ لََ إِلَٰهَ إِلََّ هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلََّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNya-lah segala penentuan dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Qashash [28]: 88)
4) Mukhalafatul Lil Hawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaannya)
Allah sudah pasti berbeda dengan ciptaanya. Dialah dzat yang Maha Sempurna dan Maha Besar. Tidak ada sesuatupun yang mampu menandingi dan menyerupai keagunganNya. Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an:
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas [112]: 4)
5) Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)
Maksudnya Allah itu berdiri sendiri, tidak bergantung pada apapun dan tidak membutuhkan bantuan siapapun. Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an:
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَََّّ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta”. (QS. al-Ankabut [29]: 6)
6) Wahdaniyah (Tunggal/ Esa)
Allah maha Esa atau Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلََّ اللََُّّ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللََِّّ رَ بِ الْعَرْشِ عَمَّ ا يَصِفُونَ
“Seandainya di langit dan di bumi ada Tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu akan binasa”. (QS. al-Anbiya [21]: 22)
7) Qudrat (Berkuasa)
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah Swt. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
إِنَّ اللَََّّ عَلَىٰ كُ ل شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah [2]: 20)
8) Iradat (Berkehendak)
Apabila Allah berkehendak, maka jadilah hal itu dan tidak ada seorangpun yang mampu mencegah-Nya. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an :
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya perintahnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ’jadilah!’ maka terjadilah ia.“ (QS. Yasin [36]: 82)
9) ‘Ilmu (Mengetahui)
Allah Swt. Maha Mengetahui atas segala sesuatu, baik yang tampak atau tidak tampak.
Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْْرَْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللََُّّ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
10) Hayat (Hidup)
Allah Swt. adalah Maha Hidup, tidak akan pernah mati, binasa, ataupun musnah. Dia kekal selamanya. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَ ي الَّذِي لََ يَمُوتُ وَسَب حْ بِحَمْدِهِ
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya.” (QS. al-Furqon [25]: 58)
11) Sama’ (Mendengar)
Allah Maha Mendengar baik yang diucapkan maupun yang disembunyikan dalam hati.
Ayat yang menjelaskan dalam al- Qur’an:
وَاللََُّّ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah [5]: 76)
12) Basar (Melihat)
Allah melihat segala sesuatu. Penglihatan Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apapun yang terjadi di dunia ini. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Sesungguhnya Dia (Allah) adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”
(QS. al-Isra’ [17]: 1)
13) Kalam (Berfirman)
Allah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata secara sempurna tanpa bantuan dari
apapun. Terbukti dari adanya firmanNya dari kitab-kitab yang diturunkan lewat para Nabi. Ayat yang menjelaskan dalam al
Qur’an:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَ بِ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya.” (QS. al-A’raf [7]: 143)
Terdapat adanya persamaan antara kalam Allah dengan kalam manusia, maka itu hanya pada bahasa atau lafal saja tidak pada hakikat, karena sifat kalam pada Allah adalah kadim dan tidak terdiri dari huruf-huruf yang merupakan bahasa manusia. Sedangkan al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa Arab merupakan manifestasi dari sifat kalam yang kadim itu terdiri dari huruf-huruf.
Dengan sifat kalam ini, Allah menyampaikan apa yang dikehendaki kepada para Rasul-Nya, yakni wahyu untuk disampaikan kepada umat manusia. Dengan melalui wahyu ini terwujud ajaran-ajaran yang kemudian membentuk suatu agama yang disebut Islam. Jadi Islam adalah agama wahyu yang berasal dari kalam Allah.
14) Qadiran (Berkuasa)
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللََُّّ لَذَهَبَ
بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَََّّ عَلَىٰ كُ ل شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hampir kilat itu menyambar pengelihatan mereka. Setiap kali sinar itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. jika Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan pengelihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 20)
15) Muridan (Berkehendak)
Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara, maka tidak ada yang bisa menolak kehendak-Nya. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْْرَْضُ إِلََّ مَا شَاءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيد
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud [11]: 107)
16) ‘Aliman (Mengetahui)
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Baik yang ditampakan maupun disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandingi pengetahuan Allah Yang Maha Esa. Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
وَاللََُّّ بِكُ ل شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dan Allah Maha Mengetahui sesuatu” (QS. an-Nisa [4]: 176)
17) Hayyan (hidup)
Allah adalah dzat yang hidup. Allah tidak akan mati, tidak akan tidur ataupun lengah.
Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَ ي الَّذِي لََ يَمُوتُ وَسَب حْ بِحَمْدِهِ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan
memuji-Nya. Dan cukuplah dia Maha Mengetahui dosa-dosa hambaNya.”
(QS. al-Furqon [25]: 58)
18) Sami’an (Mendengar)
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan, ataupun doa hamba-Nya.
Ayat yang menjelaskan dalam al-Qur’an:
وَاللََُّّ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al- Maidah [5]: 76)
19) Bashiran (Melihat)
Keadaan Allah yang melihat tiap-tiap yang maujud (benda yang ada). Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik. Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an:
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Sesungguhnya Dia (Allah) adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. al- Isra’ [17]: 1)
20) Mutakalliman (Berfirman atau berkata – kata)
Sama dengan Qalam, Mutakalliman juga berarti berfirman. Firman Allah terwujud lewat kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para Nabi. Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَ بِ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya.” (QS. al-A’raf [7]: 143)
Sifat-sifat wajib bagi Allah yang terdiri atas 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 sebagai
berikut.
1) Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang hanya berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah
ini ada satu, yaitu wujud.
2) Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang menghilangkan sifat-sifat yang tidak layak atau tidak
sesuai dengan kesempurnaan Allah. Ia menafikan sifat-sifat lawannya yang hanya
sesuai sepenuhnya dengan makhluk dan mustahil adanya pada Dzat Allah. Yaitu sifat
baru, binasa, bergantung kepada yang lain dan sebagainya adalah sifat-sifat yang
dimiliki oleh manusia karena ia adalah tidak sempurna. Sifat Salbiyah ini ada lima,
yaitu: qidam, baqa’, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyat.
3) Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Ia menambah
makna kesempurnaan pada Dzat Allah. Jikapun terdapat sifat-sifat tersebut pada
manusia, maka persamaannya hanya pada lahir atau lafal saja, tidak pada hakikat.
Misalnya, Allah mempunyai sifat ilmu dan juga manusia mempunyai sifat ilmu, tetapi
limu Allah adalah mutlak, sedangkan ilmu manusia adalah relatif. Allah mengetahui
sesuatu peristiwa di alam ini sebelum terjadinya, sedangkan manusia mengetahui
setelah terjadinya. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu; qudrat, iradat, ilmu,
hayat, sama’, bashar, kalam.
4) Sifat Ma’nawiyah, yaitu kelaziman dari sifat ma’ani. Sifat ma’nawiyah tidak bisa
berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu telah didefinisikan sebagai sifat
yang ada pada sesuatu yang disifati yang otomatis menetapkan suatu hukum padanya,
maka sifat ma’nawiyah merupakan hukum tersebut. Sifat ma’nawiyah merupakan
kondisi yang selalu menetapi sifat ma’ani. Sifat ‘ilm misalnya pasti dzat yang bersifat
dengannya mempunyai kondisi berupa kaunuhu aliman (keberadaannya sebagai Dzat
yang berilmu). Dengan demikian itu sifat ma’nawiyah juga ada tujuh sebagaimana
ma’ani, yaitu: kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu ‘aliman, kaunuhu
hayyan, kaunuhu sami’an, kaunuhu bashiran, kaunuhu mutakalliman.
3. Sifat Mustahil bagi Allah
Sifat mustahil ini adalah kebalikan dari sifat wajib. Maksudnya sifat yang tidak mungkin
dimiliki oleh Allah Azza wa jalla yang Maha Sempurna. Berikut sifat-sifat mustahil bagi
Allah beserta artinya menurut dalil agama.
1) Adam (Tiada)
Sifat mustahil yang pertama adalah Adam yang berarti tiada. Sifat ini kebalikan dari
wujud yang artinya ada. Dalil naqli yang menunjukkan adanya Allah SWT., yakni:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. MahaSuci Allah, Tuhan semesta alam.”(QS.Al-Araf : 54)
2) Huduts (Ada yang mendahului)
Hudust berarti ada yang mendahului, merupakan lawan kata dari qidam. Tidak mungkin ada yang mendahului keberadaan Allah Azza wa Jalla. Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Tentunya Pencipta sudah pasti lebih dahulu dari apa-apa yang diciptakanNya.
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.Al-Hadid: 3)
3) Fana (Musnah)
Allah SWT. tidak mungkin musnah. Sebaliknya, Dia bersifat kekal selama-lamanya.
Dijelaskan dalam Al-Quran:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27)
4) Mumatsalatu lil hawaditsi (Ada yang menyamai)
Allah SWT. adalah dzat yang menciptakan segala sesuatu di bumi dan alam semesta. Dialah yang Maha Agung. Tidak mungkin ada sesuatu yang menyamai atau menandingi-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengar dan
Melihat.”. (QS. Asy-Syura: 11)
5) Ihtiyaju lighairihi (Memerlukan yang lain)
Allah SWT. tidak memerlukan yang lain. Dia mampu mewujudkan dan mengatur segalanya secara sempurna tanpa bergantung pada siapapun. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Dan katakanlah segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Isra: 111)
6) Ta’adud (Berbilang)
Ta’adud adalah kebalikan dari wahdaniyah yang berarti tunggal. Allah itu Maha Esa. Tidak mungkin berbilang atau berjumlah lebih dari satu. Allah SWT. tidak memiliki sekutu, tidak beranak dan tidak diperanakan. Bukti keesaan Allah tertuang dalam kalimat syahadat dan juga dalam ayat Al-Quran seperti dalam QS. al-Ikhlas ayat 1-4.
7) Ajzun (Lemah)
Ajzun berarti lemah, merupakan lawan kata dari dari qudrat yang artinya berkuasa. Jadi Allah tidak mungkin bersifat lemah. Sebaliknya Allah Azza wa Jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa melampui kekuasaan Allah SWT.
Dalam Al-Quran dijelaskan: “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS.Al Baqarah: 20)
8) Karahah (Terpaksa)
Allah tidak memiliki sifat terpaksa. Sebaliknya Allah Maha Berkehendak atas segala
sesuatu. Tidak ada yang bisa melawan ataupun menandingi kehendak dari Allah SWT.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang
Dia kehendaki.”(QS. Hud: 107)
9) Jahlun (Bodoh)
Mustahil bagi Allah SWT. bersifat bodoh. Dia menciptakan alam semesta dengan segala
isinya begitu sempurna. Dia tidak membutuhkan bantuan siapapun. Dan dialah yang Maha
Kaya lagi Maha Mengetahui.
10) Mautun (Mati)
Allah tidak akan mati. Dia bersifat kekal. Terus-menerus mengurus makhluknya Tanpa
tidur dan tidak letih sedikitpun. Dijelaskan dalam Al-Quran:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah
tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
11) Shamamun (Tuli)
Mustahil Allah bersifat Tuli. Allah SWT. adalah Tuhan yang Maha Mendengar.
Pendengaran Allah meliputi segala sesuatu.
“Katakanlah cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa
yang di langit dan di bumi.” (Al-Ankabut : 52).
12) Ama (Buta)
Allah SWT. juga tidak buta. Dia Maha Melihat Segala Sesuatu. Tak ada satu hal pun yang
luput dari penglihatan-Nya.
“Dan Allah Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujarat: 18)
13) Bakamun (Bisu)
Allah SWT. tidaklah Bisu. Allah berkata dan berfirman dengan sangat sempurna. Tak ada
bisa mengalahkan keindahan firman Allah SWT. Dan salah satu Nabi yang pernah
berbicara langsung dengan Allah adalah Nabi Musa. Allah berfirman:
“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya, dan
ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa
Allah ‘telah berfirman secara langsung.” (QS. An-Nisa’: 164)
14) ‘Ajizan (Zat yang lemah)
Mustahil Allah bersifat lemah. Allah SWT. adalah pencipta alam semesta dan segala
isinya. Dia Maha Kuasa atas semua hal. Dia berfirman:
“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka,
sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Al Baqarah 109)
15) Karihan (Zat yang terpaksa)
Allah SWT. bukanlah dzat yang terpaksa. Dia Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
Hanya berfirman “kun fa yakun” maka jadilah apa yang dikehendaki oleh Nya. Dia
berfirman:
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang
Dia kehendaki.” (QS.Hud: 107)
16) Jahilan (Zat yang sangat bodoh)
Mustahil Allah adalah dzat yang bodoh. Allah Maha Mengetahui dan Melihat apa-apa
yang ditampakkan atau disembunyikan.
17) Mayyitan (Zat yang mati)
Allah tidak mati. Allah bersifat kekal, tidak musnah dan tidak binasa. Dia tidak pernah
tidur. Selalu mengawasi hamba-hambaNya setiap saat.
18) Ashamma (Zat yang tuli)
Mustahil Allah bersifat tuli. Allah adalah Tuhan yang Maha Mendengar. Pendengaran
Allah tak terbatas dan meliputi segala sesuatu.
19) A’ma (Zat yang buta)
Allah Maha Melihat, tidaklah buta. Dia Maha Sempurna dengan seluruh keagunganNya.
20) Abkama (Zat yang bisu)
Allah bukanlah dzat yang bisu. Allh berfirman dan firmanNya tertuang dalam kitab-kitab
suci yang diturunkan lewat para nabi. Allah berfirman:
“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya, dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa Allah ‘telah berfirman secara langsung.” (QS. An-Nisa’: 164)
4. Sifat Jaiz Allah
Pengertian sifat jaiz Allah adalah sifat yang mungkin (boleh) ada atau sifat yang mungkin
(boleh) tidak ada pada Allah. Dalam kalimat lain, sifat jaiz ini adalah sifat yang bisa
melekat pada Allah dan bisa pula tidak melekat pada Allah. Sebab semua adalah
berdasarkan kehendak-Nya, maka Allah bisa melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu.
Apabila sifat wajib dan sifat mustahil Allah Swt. ada banyak, maka sifat jaiz pada Allah
hanya satu yakni (fi’lu kulli mukminin au tarkuhu) فِعْلُ كُ لِ مُمْكِنٍ اَوْ تَرْكُه yang artinya adalah
Allah dapat melakukan sesuatu hal dan dapat pula tidak melakukan sesuatu hal. Tidak
ada kewajiban atas-Nya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tidak ada pula
paksaan kepada-Nya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kehendak
sepenuhnya ada pada Allah.
5. Keutamaan Mengenal Nama dan Sifat Allah
Mengenal dan mempelajari nama-nama dan sifat-sifat Allah sangatlah penuh dengan
kebaikan dan keutamaan, serta mengandung beraneka ragam manfaat.
1) Mengenal nama dan sifat Allah adalah ilmu yang paling mulia dan paling utama, yang
kedudukannya paling tinggi dan derajatnya paling agung, karena mulianya ilmu
dilihat dari mulianya sesuatu yang dipelajari.
2) Semakin mengenal Allah berarti semakin
mencintai dan mengagungkan-Nya, juga
semakin takut, berharap, ikhlas dalam beramal
kepada-Nya. Semakin seseorang mengenal
Allah, maka semakin ia berserah diri kepada
Allah, semakin ia menjalani perintah dan
menjauhi larangan-Nya dengan baik.
3) Allah itu menyukai nama dan sifat-Nya, Allah
pun suka jika nama dan sifat-Nya nampak bekasnya pada makhluk-Nya. Inilah bentuk
kesempurnaan Allah.
4) Iman akan semakin bertambah, semakin mengenal Allah maka akan semakin merasa
bahwa Allah selalu bersamanya.
5) Manusia diciptakan untuk menyembah Allah semata dan mengenal-Nya.
وَمَا خَلَ أ قتُ ٱ أ لجِنَّ وَ ٱ ألِْنسَ إِلََّ لِ يَ أ عبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat [51]: 56)
ٱلِلَّّ ٱلَّذِي خَلَقَ سَأ بعَ سَمَٰوَٰ ت وَمِنَ ٱ ألْ أَ رضِ مِ أ ثلَهُنَّۖ يَتَنَزَّلُ ٱ ألْ أَ مرُ بَ أ ينَهُنَّ لِتَ أ علَمُوٓ اْ أَنَّ ٱلِلَّّ عَلَىٰ كُ ل شَ أ ي ء
قَدِي ٞ ر وَأَنَّ ٱلِلَّّ قَ أ د أَحَاطَ بِكُ ل شَ أ يءٍ عِ أ لمََۢا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasannya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. at-Thalaq [65]: 12)
Jika seseorang mendalami nama dan sifat Allah berarti ia telah sibuk dalam tujuan ia
diciptakan (yaitu untuk beribadah). Melalaikan mempelajarinya, berarti melalaikan
dari tujuan penciptaan-Nya.
6) Menenangkan jiwa dan melapangkan hati. Juga ia akan merindukan surga Firdaus,
hingga rindu melihat wajah Allah yang mulia.
7) Menguatkan iman. Diantara rukun iman yang enam adalah iman kepada Allah. Itulah
rukun iman yang paling afdal. Iman itu bukan hanya mengatakan aku beriman kepada
Allah, namun ia tidak mengenalnya. Beriman yang benar kepada Allah adalah dengan
mengenal nama Allah dan sifat-sifat-Nya sampai derajat yang yakin. Siapa yang
mengenal Allah, maka pasti mengenal selainnya. Namun siapa yang jahil (bodoh)
dalam mengenal Allah, maka ia akan bodoh untuk hal lainnya. Allah berfirman :
وَلََ تَكُونُواْ كَ ٱلَّذِينَ نَسُو اْ ٱلِلَّّ فَأنَسَىٰهُ أ م أَنفُسَهُ أ مۚ ئِكَ
َٰٓ أُوْل هُمُ ٱ أ لفَٰسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasik.”(QS. al-Hasyr [59]: 19)
Siapa saja yang lupa kepada Allah, maka pasti Allah akan membuatnya lupa pada diri,
maslahat dirinya, serta lupa akan sebab yang membahagiakan ia di dunia dan akhirat.
8) Mengetahui hukum dan ketentuan dengan baik karena mengenal Allah. Orang yang
benar-benar mengenal Allah Swt. akan berdalil dengan sifat-sifat dan perbuatan Allah
terhadap segala sesuatu yang Dia perbuat dan segala sesuatu yang Dia syariatkan.
9) Sebagai motivasi untuk kuat dalam sabar, semangat dalam ibadah, jauh dari
kemalasan, takut berbuat dosa dan menghibur duka
10) Disiplin dalam bersikap, bertanggung jawab dalam berbuat, karena Allah Maha
Melihat, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui apa yang dilakukan makhluk-Nya.